Sabtu, 29 Februari 2020

Mengenal Jenis Bearing, Kode Bearing, dan Analisa Kerusakan Bearing

Jenis Bearing, Kode Bearing, dan Analisa Kerusakan Bearing


Taukah Bahwa dalam kehidupan sehari-hari bearing banyak kita temukan di sekitar, mulai dari as ban sepeda hingga mainan spiner pada anak-anak yang sedang populer. Bearing biasa disebut juga dengan bantalan atau dalam bahasa jawa biasa disebut laker atau kelaker.  Bearing atau bahasa indonesianya disebut bantalan merupakan  komponen utama penggerak poros yang berputar. Bearing ( Bantalan ) banyak jenis macamnya, mulai dari bantalan bola ( ball bearing), bantalan jarum (needle bearng), bantalan gesek dan lain sebagainya.
Nah kali ini saya akan membahas sedikit tentang pengkodean Jenis bearing utamanya pada ball bearing yang mungkin lebih sering kita jumpai pada kendaraan  kita sehari-hari.

Contoh mengenai pengkodean Jenis  bearing ( biasanya kode beairing terbaca di lingkaran bearing ) sebagai berikut :
Kode bearing (bantalan) = 6203ZZ
kode bearing di atas terdiri dari beberapa komponen yang dapat dibagi-bagi antara lain:
6 = Kode pertama melambangkan Tipe /jenis bearing
2 = Kode kedua melambangkan seri bearing
03 =Kode ketiga dan keempat melambangkan diameter bore (lubang dalam bearing)
zz = Kode yang terakhir melambangkan jenis bahan penutup bearing

a. Kode Pertama ( Jenis Bearing )
membaca kode bearing



membaca jenis dan kode bearing

jadi dalam Kode bearing (bantalan) = 6203ZZ  seperti contoh di atas, kode pertama adalah angka 6 yang menyatakan bahwa tipe bearing tersebut adalah Single-Row Deep Groove Ball Bearing ( bantalan peluru beralur satu larik).
Perlu diingat bahwa kode di atas untuk menyatakan pengkodean bearing dalam satuan metric jika anda mendapatkan kode bearing seperti ini = R8-2RS, maka kode pertama ( R) yang menandakan bahwa bearing tersebut merupakan bearing  berkode satuan inchi.

b. Kode kedua ( Seri bearing)
Kalau kode pertama adalah angka maka bearing tersebut adalah bearing metric seperti contoh di atas (6203ZZ ), maka kode kedua menyatakan seri bearing untuk  menyatakan ketahanan dari bearing tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari ketahan paling ringan sampai paling berat
  • 8 = Extra thin section
  • 9 = Very thin section
  • 0 = Extra light
  • 1 = Extra light thrust
  • 2 = Light
  • 3 = Medium
  • 4 =  Heavy
Kalau Kode pertama adalah Huruf, maka bearing tersebut adalah bearing Inchi seperti contoh (R8-2RS ) maka kode kedua ( angka 8 ) menyatakan besar diameter dalam bearing di bagi 1/16 inchi atau = 8/16 Inchi.




jenis bearing dan kodenya

c. Kode ketiga dan keempat ( diameter dalam (bore) bearing)
Untuk kode 0 sampai dengan 3, maka diameter bore bearing adalah sebagai berikut :
  • 00 = diameter dalam 10mm
  • 01= diameter dalam 12mm
  • 02= diameter dalam 15mm
  • 03= diameter dalam 17mm
selain kode nomor 0 sampai 3, misalnya 4, 5 dan seterusnya maka diameter bore bearing dikalikan dengan angka 5 misal 04 maka diameter bore bearing = 20 mm
d. Kode yang terakhir (jenis bahan penutup bearing)
Ok, jadi kita sudah sampai pada pengkodean terakhir. pengkodean ini menyatakan tipe jenis penutup bearing ataupun bahan bearing. seperti berikut :
  1. Z Single shielded ( bearing ditutuipi plat tunggal)
  2. ZZ Double shielded ( bearing ditutupi plat ganda )
  3. RS Single sealed ( bearing ditutupi seal karet)
  4. 2RS Double sealed (bearing ditutupi seal karet ganda )
  5. V Single non-contact seal
  6. VV Double non-contact seal
  7. DDU Double contact seals
  8. NR Snap ring and groove
  9. M Brass cage
maka bearing 6203ZZ menyatakan bearing dengan tipe ditutupi plat ganda.

Kerusakan Pada Bearing dan Cara Memperbaikinya

  1. Kesalahan Bahan Faktor produsen : yaitu retaknya bantalan setelah produksi baik retak halus maupun berat, kesalahan toleransi, kesalahan celah bantalan. Faktor konsumen: yaitu kurangnya pengetahuan tentang karakteristik pada bearing.
  2. Penggunaan bearing melewati batas waktu penggunaannya (tidak sesuai dengan petunjuk buku fabrikasi pembuatan bearing).
  3. Pemilihan jenis bearing dan pelumasannya yang tidak sesuai dengan buku petunjuk dan keadaan lapangan.
  4. Pemasangan bearing pada poros yang tidak hati-hati dan tidak sesuai standart yang ditentukan. Kesalahan pada saat pemasangan, diantaranya pemasangan yang terlalu longgar, akibatnya cincin dalam atau cincin luar yang berputar yang menimbulkan gesekan dengan housing/poros, pemasangan yang terlalu erat, akibatnya ventilasi atau celah yang kurang sehingga pada saat berputar suhu bantalan akan cepat meningkat dan terjadi konsentrasi tegangan yang lebih. Terjadi pembenjolan pada jalur jalan atau pada roll sehingga bantalan saat berputar akan tersendat- sendat.
  5. Terjadi misalignment, dimana kedudukan poros pompa dan penggeraknya tidak lurus, bearing akan mengalami vibrasi tinggi. Pemasangan yang tidak sejajar tersebut akan menimbulkan guncangan pada saat berputar yang dapat merusak bearing. Kemiringan dalam pemasangan bearing juga menjadi faktor   kerusakan bearing, karena bearing tidak menumpu poros dengan tidak baik, sehingga timbul getaran yang dapat merusak komponen tersebut.
  6. Karena terjadi unbalance (tidak imbang), seperti pada impeller, dimana bagian-bagian pada impeller tersebut tidak balance (salah satu titik bagian impeller memiliki berat yang tidak seimbang). Sehingga ketika berputar,  mengakibatkan putaran mengalami perubahan gaya disalah satu titik putaran (lebih terasa ketika putaran tinggi), sehingga berpengaruh pula pada putaran bearing pada poros. Unbalance bisa terjadi pula pada poros, dan pengaruhnya pun sama, yaitu bisa membuat vibrasi yang tinggi dan merusak komponen.
  7. Bearing kurang minyak pelumasan, karena bocor atau minyak pelumas terkontaminasi benda asing dari bocoran seal gland yang mempengaruhi daya pelumasan pada minyak tersebut.

Cara memperbaiki kerusakan pada bearing:

  1. Melakukan penggantian bearing sesuai umur waktu kerja yang telah ditentukan.
  2. Mengganti bearing yang sesuai dengan klasifikasi kerja pompa tersebut.
  3. Melakukan pemasangan bearing dengan hati-hati sesuai standar yang telah ditentukan.
  4. Melakukan alignment pada poros pompa dan penggeraknya.
  5. Melakukan tes balancing pada poros dan impeller.
  6. Memasang deflektor pada poros dan pemasangan rubber seal pada rumah bantalan dan perbaikan pada seal gland, untuk mengantisipasi kebocoran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar